Wednesday 2 September 2015

Jodoh dan Kematian

Sekarang saya sudah 20 tahun. 20 tahun adalah awal usia saya berkepala 2, dan pertanda waktu saya di dunia ini akan semakin berkurang. Dulu waktu saya masih menjadi anak - anak saya ingin cepet cepet jadi anak gede gitu, setelah waktu berjalan saya sadar bahwa sebenarnya usia itu tidak bertambah tapi berkurang. Jika melihat kebelakang saya mengerti 1 hal, saya menyia-nyiakan hidup saya selama 20 tahun. Saya tidak pernah benar - benar serius dalam memahami hidup. Masa muda, ya masa muda adalah masa dimana kita "suka" lupa kalau kematian itu tidak melihat usia. Masa muda, ya masa muda adalah masa dimana kita "sering" lupa kalau cinta itu belum tentu jodoh kita. Cinta masa muda membuat kita kadang susah tidur, terbangun di tengah malam memikirkan orang yang kita cinta, ingin cepat cepat pagi agar kita segera bertemu dengan yang dicinta. Apalagi kalau orang yang dicinta satu kelas. Tiap hari kepikiran cinta, modus deketin, cari perhatian, kalau bahasa anak mudanya sih mati - matian memperjuangkan cinta. Saya jadi tertawa sendiri hehehe (tulisan macam apa ini). Sampai sampai kita lupa bahwa kematian tidak melihat usia. Sampai kita lupa kalau perbuatan kita di masa muda itu juga di catat oleh malaikat di kanan kiri. "Yah, dasar anak muda!" begitulah orang tua sering menganggap maklum. Karena mereka seolah tau memang seperti itu masa muda. Tapi saya malah menyesali masa muda itu, hingga ketika mengingatnya membuat saya sedih seolah telah membuang kesempatan berharga. Masa muda saya habiskan dengan cerita cinta monyet, patah hati ala anak muda, menghambur-hamburkan uang, tidak jujur dalam ulangan, tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri, tidak maksimal menggunakan waktu, menyia nyiakan kepercayaan dari orang orang yang telah mendukung, mengeluh melalui sosial media, blog atau apalah, masih banyak lagi yang jika diingat dan dituliskan bisa jadi trilogi buku penyesalan anak muda hehehe. Bukti nyata dari perilaku saya dimasa muda terlihat jelas di blog ini, postingan2 saya terdahulu kalau dibaca lagi buat malu 7 turunan hehe, status di facebook juga, kalau ada yang iseng mungkin bakal ketawa sampai guling - guling memperhatikan itu semua. Kalau status dan postingan itu bisa saja di hapus, disembunyikan, agar hanya kita saja yang mampu melihatnya, tapi catatan masa lalu di buku malaikat Rokib dan Atid nggak hilang, masih jelas tertulis. Dan saya yakin ingatan itu masih sangat jelas dalam pikiran kita. Bagaimana kita di masa muda.


Tapi jika tidak ada masa lalu itu, mungkin tidak ada saya yang sekarang menulis tulisan ini. Hanya saja kadang berfikir kalau masa lalu itu tidak seperti itu mungkin, mungkin saja saya lebih baik dari sekarang. Begitulah sekelumit pikiran yang melintas. Tapi saya ingat entah siapa yang bercerita "Jika kamu datang dengan dosa sebesar gunung, maka Allah juga akan memberikan ampunan sebesar gunung."

Setelah menyadarinya, masa lalu itu pelajaran berharga untuk saya, karena pengalaman akan lebih membekas dalam ingatan kita. Kemudian saya ingin menjadi lebih baik lagi, sebelum habis waktu saya di dunia ini. Ketika saya melihat masa lalu, saya ingat betul bahwa saya adalah anak muda yang hidup seolah tidak akan pernah mati, dan saya juga adalah anak muda yang jatuh cinta seolah dia akan jadi jodoh saya suatu hari nanti. Padahal 2 hal tersebut adalah misteri yang tidak kita tau jawabannya.

Ya, kita tidak tau jawabannya. Kita hidup tidak tau kapan kita akan mati, karena kita tidak tau makanya kita berusaha sebaik mungkin dalam menjalani hidup, jika kita hanya diam menunggu waktu kematian itu datang, yang ada setelah kita mati mungkin kita akan menyesali dengan sangat, kenapa dulu saya hanya diam saja, kenapa saya dulu tidak melakukan ini dan itu, dan penyelasan itu hanya kan berulang dan berulang dalam pikiran dan diri kita. Toh saat kita hanya diam, waktu terus berjalan tanpa peduli kita maju atau hanya berdiam. Begitu pula dengan jodoh, walaupun sudah ditentukan bukan berarti kita tidak melakukan apapun. Maka belajarlah untuk menjadi lebih baik setiap harinya, selangkah demi selangkah, mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menemui jodoh dan kematian. Jangan lupa untuk selalu berdoa kepada sang Pencipta, berdoalah dan mintalah kepadaNya, apapun tentang kehidupan ini, begitulah beberapa nasihat yang saya dapat dari berbagai sumber. Pasti dalam perjalanan ini ada sesuatu alasan kenapa dulu kita menerima kontrak kehidupan. Pelajaran ini sangatlah berharga buat saya, untuk siapapun di masa lalu, di masa sekarang, dan masa depan yang membaca tulisan ini dan mengenal saya, saya meminta maaf jika dalam perjalanan hidup saya bersama kalian semua pernah melukai hati kalian, dan ingatkan saya jika saya melakukan kesalahan ataupun lalai akan aturanNya. Mungkin tulisan ini terlalu berlebihan, tapi tulisan ini akan menjadi pengingat saya suatu hari nanti entah kapan. Semoga kita menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Dari sebuah desa yang begitu jauh letaknya dari perkotaan, 2 September 2015

No comments:

Post a Comment